Selasa, 10 Juni 2014

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PENGARUH GAYA TERHADAP GERAK BENDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS IV SDI AEDARI




PROPOSAL PTK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PENGARUH GAYA TERHADAP GERAK BENDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS IV SDI AEDARI

OLEH: RIKARDUS PAIRE BANI, S.Pd

BAB I
PENDAHULUAN


I.            Latar Belakang Masalah
Dalam bidang pendidikan terdapat suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan peserta didiknya. Belajar pada dasarnya kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman terhadap materi ajar (Sujanto, 2007: 67). Sedangkan  menurut Suparno (dalam Heruman, 2007: 5) belajar bermakna  yaitu kegiatan informasi itu pada pengetahuan berupa konsep-kosep yang telah dimilikinya. Dalam teori belajar Ausubel, belajar dapat diklasisifikasikan dalam dua dimensi yaitu pertama, berhubungan dengan cara informasi atau konsep pembelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan; kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah dimiliki dan diingat siswa tersebut (Heruman, 2007: 4-5). Akan tetapi, siswa dapat juga hanya mencoba-coba menghafal informasi tersebut, tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Dalam  pembelajaran siswa senantiasa masih ditanamkan budaya menghafal pada materi pelajaran yang diterimanya di sekolah.  Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran di sekolah menjadi kurang efektif dan tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
1
 
Dalam  proses kegiatan pembelajaran di kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber belajar. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lengah, sehingga aktivitas dan kreativitas hasil belajar siswa menjadi menurun. Untuk mengatasi masalah tersebut,  seorang guru harus memiliki sebuah strategi yang mendorong siswa untuk menggunakan otoritas pengetahuan dalam membangun gagasan, ide-ide, dan sikap positif pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya.
Adapun tujuan pendidikan pada mata pelajajaran IPA yang dirumuskan dalam KTSP 2006 terutama bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebgai berikut:
1.      Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2.      Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.      Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip  dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,  teknologi dan masyarakat
4.      Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5.      Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6.      Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7.      Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA seperti di atas, maka pembelajaran IPA harus berorientasi pada penekanan penalaran otak anak yang harus dikembangkan melalui penggunaan penalaran yang kreatif dalam memecahkan masalah sehari-hari dengan berbagai alternatif yang memungkinkan agar penyelesaian masalah dapat teratasi dengan pikiran yang logis dan kritis.
Dalam pembelajaran IPA  siswa memerlukan alat bantu, media dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Terkait dengan masalah tersebut,  maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak sekedar hafalan atau mengingat fakta saja hal ini akan mudah dilupakan siswa
Seperti yang peneliti amati selama  kegiatan belajar  mengajar IPA di kelas IV SDI Aedari, proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Dalam  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru hanya menjelaskan materi pembelajaran dan menulis  di papan tulis, siswa disuruh untuk memperhatikan dan  mencatat materi  yang dijelaskan  oleh guru. Sehingga  banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam  memahami materi serta menyelesaikan  soal-soal yang diberikan oleh guru. Akibatnya, rendahnya  hasil belajar  yang diperoleh  siswa.
Sebagai alternatif  yang inovatif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dan sekaligus menghilangkan kesenjangan yang terjadi  di sekolah dasar yaitu dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada pembelajaran IPA Dengan menggunakan model pembelajaran langsung dalam pembelajaran IPA, guru hanya sebagai fasilitator dan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri,  dengan demikin hasil belajar siswa dan kesenjangan  yang terjadi di sekolah dasar dapat teratasi.
Berdasarkan paparan dan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Melalui  Model Pembelajaran Langsung di kelas IV SDI Aedari”
II.            Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
               2.1.            Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas IV SDI Aedari pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda melalui model pembelajaran langsung ?
               2.2.            Adakah kendala penerapan model pembelajaran langsung dalam pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda di kelas IV SDI Aedari ?
III.            Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
             3.1.        Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV  Aedari  pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda melalui model pembelajaran langsung.
             3.2.        Untuk mengetahui kendala-kendala dengan penerapan model pembelajaran langsung pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda  di kelas IV SDI Aedari.
IV.            Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai   berikut :
     4. 1.           Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini dapat memberikan gambaran serta wawasan untuk berpikir, ide-ide dan gagasan baru sehingga menciptakan  suasana dan keadaan yang terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari menjadi lebih bermakna.
     4. 2.              Manfaat Praktis
               4.2.1.               Bagi peneliti
Agar peneliti dapat menambah wawasan berpikir yang luas dan dijadikan sebagai bekal untuk menambah pengetahuan, serta memberikan gambaran tentang penerapan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan hasil belajar siswa  pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda di kelas IV SD.
               4.2.2.               Bagi Guru
Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, maka manfaat penelitian ini merupakan salah satu masukan bagi guru, khususnya guru bidang studi IPA  agar bisa menggunakan strategi dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran langsung, sehingga siswa bisa belajar lebih aktif dan memberikan motifasi, dorongan belajar bagi siswa untuk menemukan sendiri yang sesuai dengan kehidupan nyata sehari-hari.
               4.2.3.               Bagi Siswa
Melaui penerapan model pembelajaran langsung ini, bisa memberikan upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa serta hasil belajar siswa, seperti membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai kemampuannya masing-masing.

V.            Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
            5. 1.                   Penerapan model pembelajaran langsung ini hanya dilakukan untuk mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD sementer II dengan pokok bahasan “pengaruh gaya terhadap gerak benda” yang disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 semester II.
            5. 2.                   Subjek penelitian hanya terbatas pada siswa kelas IV SD semester II.
 



BAB II
KAJIAN PUSTAKA


I.            Pengertian Hasil Belajar
               1.1.      Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dari kegiatan belajar baik di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah. Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Untuk mengetahui apakah pelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak dapat ditinjau dari proses pengajaran itu sendiri dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pengajaran dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan pada diri siswa yang terjadi akibat belajar. Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999) dalam (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 14). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
7
 
Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar, baik di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, maka guru harus benar-benar mengalihkan pusat perhatian siswa ketika menjelaskan atau memberikan materi  pada saat proses belajar mengajar belangsung.
               1.2.      Indikator Hasil Belajar
Banyak guru yang merasa sukar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan padanya mengenai apakah pengajaran yang telah dilakukannya berhasil, apa buktinya? Untuk menjawab pertanyaan itu, terlebih dahulu harus ditetapkan apa yang menjadi kriteria keberhasilan pengajaran, baru kemudian ditetapkan alat untuk menaikkan keberhasilan belajar secara tepat. Mengingat pengajaran merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka     disini dapat ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Menurut Sudjana (2004) dalam (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 20), kedua kriteria tersebut adalah:
1.           Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya
Kriteria dari sudut prosesnya menekan kepada pengajar sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk mengukur keberhasilan pengajar dari sudut prosenya dapat dikaji melalui beberapa persoalan dibawah ini:
a.            Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik?
b.            Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu?
c.            Apakah guru memakai multi media?
d.           Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya?
e.            Apakah proses pengajaran dapat melibatkan sumua siswa dalam kelas?
f.             Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar?
g.            Apakah kelas memiliki sarana  belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar?
2.           Kriteria ditinjau dari hasilnya
Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini ada beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang di capai siswa:
a.             Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?
b.            Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa?
c.             Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?
d.            Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan oleh siswa merupakan akibat dari proses pengajaran?
Berdasarkan dua kriteria yang dikemukan oleh Sudjana (2004) yang tercantum dalam indikator hasil belajar di atas, maka seorang guru perlu melakukan evaluasi yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingakat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf, angka, atau simbol.
Dalam melakukan evaluasi hasil belajar, maka seorang guru perlu menentukan beberapa bagian-bagian atau sub pokok bahasan yang berkaitan dengan evaluasi belajar diantaranya, yaitu:
1.      Fungsi dan tujuan evaluasi hasil belajar
Dari pengetian evaluasi kita dapat mengetahui bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai  belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar.
Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan sebagai berikut:
a.             Untuk diagnostik dan pengembangan.
b.            Untuk seleksi.
c.             Untuk kenaikkan kelas.
d.            Untuk penempatan.
2.      Sasaran evaluasi hasil belajar
Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifilasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, rana efektif, dan ranah psikomotorik, Davies (1986: 97); Jarolimek dan Foster (1981: 148) dalam (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 2001).
Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual,  Jarolimek dan Foster (1981: 148) dalam (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 2002). Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya enam kelas atau tingkat, yakni:
a.             Pengetahuan
b.            Pemahaman
c.             Penggunaan atau penerapan
d.            Analisi
e.             Sintesis
f.             Evaluasi
Tujuan ranah efektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi,  Davies (1986: 97); Jarolimek dan Foster (1981: 148). Kratwohl, Bloom, dan Masia mengemukakan taksonomi tujuan ranah efektif sebagai berikut:
a.             Menerima
b.            Merespons
c.             Menilai
d.            Mengorganisasi
e.             Karakterisasi
Tujuan ranah psikomotorik berhubungan  dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan (Davies, 1986: 97). Kibler, Barket, dan Miles (1970) mengemukakan taksonomi ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut:
a.             Gerakan tubuh yang mencolok,
b.            Ketepatan gerak yang dikoordinasikan,
c.             Perangkat komunikasi nonverbal,
d.            Kemampuan berbicara,
3.      Prosedur evaluasi hasil belajar
Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita mendapatkan bahwa evaluasi hasil  belajar merupakan suatu proses yang sistematis. Agar proses evaluasi hasil belajar dapat diadministrasikan atau dilaksanakan oleh seorang penilai, maka ada beberapa tahapan atau langkah kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh seorang penilai.Tahapan prosedur evaluasi hasil belajar yang perku dilalui seorang penilai meliputi:
a.             Persiapan
b.            Penyusunan instrumen evaluasi
c.             Pelaksanaa  pengukuran
d.            Pengolahan hasil penilaian
e.             Pelaporan dan penggunaan hasil evaluasi
Dalam evaluasi hasil belajar seorang guru perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen yang dikenal dengan istilah kisi-kisi. Kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebut kolom. Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukan kaitan antara variabl yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun.
Ada dua macam kisi-kisi yang disusun oleh seorang peneliti sebelum menyusun instrumen, yaitu:
1.            Kisi-kisi umum. Yang dimaksud dengan kisi-kisi- umum adalah kisi-kisi yang dibuat untuk mengambarkan semua variabel yang akan di ukur, dilengkapi dengan semua metode dan instrumen yang mungkin  dapat dipakai.
2.            Kisi-kisi khusus. Yang dimaksud dengan kisi-kisi khusus adalah kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan butir-butir yang akan disusun untuk suatu instrumen.
Adapun manfaat dari kisi-kisi dimaksud  adalah sebagai berikut:
1.            Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun.
2.            Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan butir-butir.
3.            Instrumen yang disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika menyusun kisi-kisi peneliti belum di tuntut untuk memikirkan rumusan butir-butirnya.
4.            Kisi-kisi berfungsi sebagai “ peta perjalanan” dari aspek yang akan dikumpulkan datanya, dari mana data diambil dan dengan apa pula data tersebut diambil.
5.            Dengan adanya kisi-kisi yang mantap peneliti dapat menyerahkan tugas menyusun atau membagi tugas dengan anggota tim ketika menyusun instrumen.
6.            Validitas dan reabilitas instrumen dapat diperoleh dan diketahui oleh pihak-pihak di luar tim peneliti sehingga tanggungjawaban peneliti lebih terjamin.
II.            Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75) dalam (Chairullah, 2004). Sedangkan menurut Simarmata (dalam Chairullah, 2004), definisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya.
8
 
Menurut Simarmata (dalam Chairullah, 2004), model merupakan suatu pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model sebagai abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa bagian atau sifat dari kehidupan sebenarnya. Mills berpendapat bahwa, model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu (dalam Agus Suprijono, 2009: 45).
Dari beberapa pengertian model di atas, dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu ikon atau figur yang menjadi contoh untuk ditiru, baik secara individu maupun kelompok yang bersifat nyata di dalam kehidupannya sehari-hari. Peranan dari seorang guru di sini sangat besar, di mana guru adalah sebagai pelopor atau figur yang menjadi model untuk dicontoh dan ditiru oleh banyak orang, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 2001) dalam (Asep Jihad,dkk, 2008: 12).
Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran di mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sestem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai.
Menurut Djahiri (dalam Kunandar, 2007:265),  menyebutkan bahwa dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang (life skill).
Berdasarkan pengertian yang dikemukkan oleh beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh guru pada saat proses belajar mengajar berlangsug. Guru juga mempunyai peranan yang sangat besar dalam mendesain suatu kegiatan pembelajaran, seperti mengkondisikan lingkungan (kelas, siswa) agar terjadinya suatu proses belajar mengajar yang lebih bermakna bagi diri siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa di dalam proses belajar mengajar, baik dalam kehidupanya saat ini maupun di masa yang akan datang dan bersifat konret atau nyata di dalam kehidupannya sehari-hari.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7) dalam (Trianto, 2007:1).  Model pembelajaran dapat   di artikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru kelas.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau metode yang digunakan sebagai acuan atau panduan untuk mendesain suatu pembelajaran di kelas agar dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar di kelas lebih terarah dan terfokus pada siswa, serta meningkatkan hasil belajar siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas yang berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-harinya.
III.            Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah suatu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997) dalam (Trianto, 2007:29).
Menurut Kardi (dalam Trianto, 2007:30), pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000:3) dalam (Trianto, 2007:29) adalah sebagai berikut :
               1.            Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
               2.            Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
               3.            Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Sintaks model pembelajaran langsung dapat disajikan dalam 5 (lima) tahap. Adapun sintaks model pembelajaran langsung menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007:31) dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Fase
Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan membimbing pelatihan awal.
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatiahan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Sumber : Kardi & Nur (dalam Trianto, 2007:31)
IV.            Pelaksanaan Pengajaran Langsung
Pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Beberapa di antara tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai pada model-model pengajaran yang lain, langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus pengajaran langsung. Ciri utama unik yang terlihat dalam melaksanakan suatu pengajaran langsung adalah sebagai berikut :
                4. 1.            Tugas-tugas Perencanaan
                            4.1.1.     Merumuskan Tujuan
Menurut Mager (dalam Trianto, 2007:34) tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
                            4.1.2.     Memilih Isi
Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu (Kardi dan Nur, 2000:20) dalam (Trianto, 2007:34).
                            4.1.3.     Melakukan Analisis Tugas
Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide yang melatar belakang analisis tugas ialah, bahwa informasi dan ketrampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurun waktu tertentu.Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan , ketrampilan dan pengertian kompleks itu lebih dulu harus dibagi menjadi komponen bagian , sehingga dapat diajarkan berturutan dengan logis dan tahap demi tahap (Kardi dan  Nur, 2000:23) dalam (Trianto, 2007:35)
                            4.1.4.     Merencanakan Waktu dan Ruang
Pada suatu pengajaran langsung merencanakandan mengelola waktu                      merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu  oleh guru : (1) memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadam dengan bakat dan kemamapuam siswa , dan (2) memotivasi siswa  agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang                    aptimal . mengenal dengan baik siswa-siswa yang akan diajar , sangat bermanfaat untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran . Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran langsung juga sama pentingnya (Kardi dan Nur, 2000:23) dalam (Trianto, 2007:35)
                4. 2.             Langkah-langkah pembelajaran Model pengajaran Langsung
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007:35)  langkah–langkah pengajaran  langsung meliputi tahapan sebagai berikut :
                                                4.2.1.            Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan siswa
Tujuan langkah awal ini untuk menarik danmemusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pembelajaran itu.
                                                4.2.2.            Menyampaikan tujuan
Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru menuliskan dipapan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin , yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.
                                                4.2.3.            Menyiapkan siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan yang akan dipelajari.   
                                                4.2.4.            Presentasi dan Demonstrasi
Fase kedua pengajaran langsung adalah melakukan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci untuk berhasil ialah memperesentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif.
                                                4.2.5.            Mencapai Kejelasan
Hasil penelitian secara konsisten menunjukan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses beljar siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat terhadap guru pemula dan belum berpengalaman menemukan banyak penjelasan yang kabur dan membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya isi pokok bahasan yang dikerjakannya, dan tidak menguasai teknik komunikasi yang jelas.
                                                4.2.6.            Melakukan Demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.” 
                                                4.2.7.            Mencapai Pemahaman dan Penguasaan
Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu yang benar , guru perlu berupaya agar segalasesuatu yang didemonstrasikan juga benar. Banyak contoh yang menunjukan , bahwa anak/siswa bertingkah laku yang tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang lain yang tidak benar.



                                                4.2.8.            Berlatih
Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif , dan memperhatikan aspek- aspek penting dari ketrampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
                                                4.2.9.            Memberikan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru memepersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.”  Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007:38) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan  pelatihan :
                                                                                1)          Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna;
                                                                                2)          Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari;
                                                                                3)          Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang di lakukan terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa;
                                                                                4)          Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.

                                            4.2.10.            Mengecek Pemahaman dan Memberi Umpan Balik
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007:8), untuk memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat digunakan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai berikut :
1)        Memberikan umpan balik segera mungkin setelah latihan, hal ini tidak berarti umpan balik perlu diberikan kepada siswa dengan seketika, namun umpan balik seharusnya diberikan cukup segera latihan sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri.
2)        Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik mungkin agar paling dapat membantu siswa. Misal “Tiga kata tertulis salah pada makalah Anda: Efektif, posatif, dan vartikal”, bukan, “Terlalu banyak kata yang salah ketik.”
3)        Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku  dan bukan pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut. Misal, “saya tidak dapat membaca tulisan Anda, karena jarak antara barisan yang dengan barisan yang lain terlalu rapat” dan bukan “Tulisan tidak rapi dan kurang jelas.”
4)        Menjaga umpan balik sesuai dengan tigkat perkembangan siswa. Umpan balik harus diberikan secara hati-hati agar berguna. Kadang-kadang, siswa diberi umpan balik terlalu banyak atau umpan balik  yang terlalu rumit bagi siswa untuk menanganinya.
5)        Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar. Tentunya setiap siswa lebih menyukai umpan balik yang positif daripada yang negatif. Pada umumnya pujian akan diterima sedangkan umpan balik negatif mungkin ditolak.
6)        Apabila memberi umpan balik negatif, tunjukan bagaimana melakukannya dengan benar. Apabila mengetahui bahwa sesuatu telah dilakukan salah, umpan bailk negatif harus selalu disertai dengan demonstrasi yang benar oleh guru.
7)        Memberikan kesempatan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil. Merupakan tanggung jawab guru agar siswa memusatkan perhatiannya pada proses atau teknik tertentu. Sisw aperlu disadarkan, bahwa teknik yang salah dapat saja memberikan hasil tetapi hasil tersebut akan menjadi penghambat untuk perkembangannya lebih lanjut.
8)        Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendirinya, dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri. Belajar bagaimana menilai keberhasilan sendiri dan memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri merupakan hal penting yang perlu dipelajari oleh siswa.
                                            4.2.11.            Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007:40) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri yaitu :
1)        Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya.
2)        Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah.
3)        Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.
V.            Hakekat Pendidikan IPA Di Sekolah Dasar
               1.         Pengertian IPA
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sering disebut Sains, dalam Bahasa Inggris “Science” (dalam http://sriwahyuwidyaningsih.blogspot.com/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html#!/2012/02/definisi-ilmu- -alam-ipa.html, pengetahuan 01-18-2013) IPA atau Science adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Menurut Purnell’s (dalam http://sriwahyuwidyaningsih.blogspot.com/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html#!/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html, 01-18-2013) bahwa IPA adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksprimen yang sistimatik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesahipotesa. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan,keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Sang  pencipta (Depdikbud 1993/1994: 97), (dalam http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html, 01-18-2013).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau Science adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta melalui kegiatan obeservasi dan eksperimen dan  menanamkan pengetahuan berupa keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta mengajari siswa untuk mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
               2.         Tujuan Pendidikan IPA Di Sekolah Dasar
Tujuan pemberian mata pelajaran IPA munurut Sumaji (1998:35), (dalam http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html, 01-18-2013) adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk memcahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Penciptanya.
Adapun tujuan pendidikan pada mata pelajajaran IPA yang dirumuskan dalam KTSP 2006 terutama bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebgai berikut:
1.      Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2.      Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.      Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip  dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,  teknologi dan masyarakat
4.      Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5.      Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6.      Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7.      Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Maksud dan tujuan tersebut adalah agar peserta didik  memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan berbagai jenis dan peran lingkungan alam dari lingkungan buatan dengan melalui pengamatan agar peserta didik  tidak buta dengan pengetahuan dasar mengenai IPA.
               3.         Fungsi Pendidikan IPA Di Sekolah
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994:97-98) (dalam http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html, 01-18-2013)  Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk:
                               a.      Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan peran di lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

                              b.      Mengembangkan keterampilan proses.
                               c.      Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
                              d.      Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
                               e.      Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi
               4.         Ruang Lingkup Pelajaran IPA Di Sekolah Dasar
Ruang lingkup mata pelajaran IPA (dalam http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html, 01-18-2013) meliputi dua aspek:(1) Kerja Ilmiah yang mencakup: penyelidikan atau penelitian,berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahanmasalah, sikap dan nilai ilmiah.(2) pemahaman konsep dan penerapannya yang mencakup:
                               a.            Makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan,tumbuhan dan interaksinya.
                              b.            Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat,gas.
                               c.            Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
                              d.            Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tatasurya danbenda-benda langit lainnya.
                               e.            IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakanpenerapan konsep IPA dan saling keterkaitannya denganlingkungan, teknologi, dan masyarakat melalui pembuatan suatukarya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.

.
BAB III
METODE PENELITIAN


Metode penelitian merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam melakukan sebuah penelitian, karena keberhasilan suatu penelitian tergantung pada metode yang digunakan dan yang sesuai dengan penelitian tersebut. Penelitian tindakan kelas adalah merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Dalam metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat beberapa langkah atau prosedur yang dilakukan oleh peneliti untuk menemukan dan mengkaji kebenaran suatu teori adalah sebagai berikut:
3.1.        Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan kerangka data di dalam suatu penelitian. Kejelasan rancangan dapat mempengaruhi validitas data dan tingkat kepercayaan hasil penelitian. Menurut Samani, 1997 (dalam Wahyudi, 2005: 49) bahwa rancangan penelitian merupakan blue print bagaimana penelitian itu harus dilakukan. Dalam rencana penelitian itu harus dilakukan atau dikumpulkan, strategi yang ditempuh untuk melakukam kontrol terhadap variabel luar yang tidak diteliti bagaimana upaya untuk meningkatkan validitas eksternal maupun internalnya.
30
 
Dalam penulisan skripsi ini peneliti melakukakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian yang bersifat kolaboratif yang didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian ini mengikuti siklus sebagai berikut:


 
Refleksi
 
New Problem
 
                                      















Siklus I
 






Siklus II
 



 







            Bagan 3. 1 Diadaptasi dari Kemmis dan Taggart oleh Sudarsono (1996: 16).
Keterangan Bagan:
Siklus aktivitas dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan:
1.       Perencanaan (planning)
2.       Penerapan
3.       Tindakan (action)
4.       Mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation dan evaluation)
5.       Melakukan refleksi (reflection)
6.       Dan seterusnya sampai perubahan atau peningkatan yang diharapkan sudah tercapai (kriteria keberhasilan)
Untuk melakukan tindakan agar menghasilkan dampak sebagaimana diharapkan, PTK memerlukan kajian mengenai kelayakan hipotesis terlebih dahulu. Menurut Sudarsono (dalam Sukidin, dkk, 2007: 75), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelayakan hipotesis adalah:
1.         Implementasi suatu PTK akan berhasil hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya.
2.         Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik dari segi fisik, psikologis, dan sosial budaya maupun etik.
3.         Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau sekolah juga perlu diperhitungkan sebab pelaksanaan PTK dengan mudah dapat tersabotase oleh kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan.
4.         Selain kemampuan siswa sebagai perorangan, keberhasilan PTK juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas atau sekolah.
5.         Karena sekolah juga merupakan sebuah organisasi, maka selain iklim belajar sebagaimana dikemukakan pada butir 4, iklim kerja juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain, dukungan dari kepala sekolah dan rekan sejawat guru dapat memperbesar peluang keberhasilan PTK.
Adapun persiapan penelitian ini terdiri dari empat tahapan antara lain: (a) perencanaan (b) pelaksanaan tindakan (c) observasi (d) refleksi.
Siklus I (Pertama)
1)          Perencanaan (planning), meliputi: menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran, merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang menitikberatkan ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran yang telah dirancang, melihat tingkat kognitif siswa pada awal pembelajaran, dan menyusun perangkat tes ulangan  harian I
2)          Tindakan, meliputi: melaksanakan tes awal, melaksanakan PBM sesuai dengan RPP yang telah disusun, mengarahkan/membimbing siswa untuk beraktivitas, melaksanakan ulangan harian pertama untu mengetahui hasil yang diperoleh dari RPP pertama, dan memeriksa hasil ulangan pertama
3)          Pengamatan, meliputi: mengobservasi atau mencatat kegiatan (tindakan-tindakan) yang dilakukan guru selama pembelajaran matematika, mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung
4)          Refleksi, meliputi: merangkum hasil observasi, menganalisa hasil ulangan harian, mencatat keberhasilan atau kegagalan untuk diperbaiki pada pertemuan selanjutnya.
Siklus II (Kedua)
Sama dengan kegiatan pada siklus pertama dengan menambahkan beberapa point untuk dijadikan bahan perbaikan pada siklus kedua, yang meliputi:
1)          Merevisi tindakan-tindakan yang kurang atau tidak relevan pada siklus I
2)          Menyusun perangkat tes ulangan harian II
3)          Memeriksa hasil ulangan harian II
4)          Mendiskusikan langkah-langkah yang akan ditempuh bersama guru kelas, observer.
3.2.      Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian
3.2.1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDI Aedari. Dengan jumlah siswa … orang, rinciannya …. orang siswa laki-laki dan … orang siswa perempuan. Pemilihan siswa kelas IV dikarenakan peneliti memilih materi ajar pada semester II tentang “Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda” dengan menggunakan penerapan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi pengaruh gaya terhadap gerak benda pada mata pelajaran IPA.
Adapun karakteristik dari subjek penelitian yang paling menonjol adalah kurangnya keaktifan dan kreatifitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, serta kurangnya minat dan perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sejarah berlangsung. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Seperti pada tahap prapenelitian diketahui bahwa rata-rata kelas pada mata pelajaran IPA hanya dan belum mencapai skor ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah yaitu... Dengan demikian, berdasarkan hal tersebut maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran langsung.
3.2.2. Lokasi / Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDI Aedari  pada Kelas IV semester II.
Adapun karakteristik sekolah yaitu nama sekolah SDI Aedari, sekolah ini berdiri pada tahun …. yang terletak di jalan …... Bangunan sekolah milik sendiri dengan jumlah siswa …. orang dan jumlah guru sebanyak … orang. Sekolah ini memiliki …ruangan kelas, …. ruagan kepala sekolah, …. ruangan guru, … ruangan komputer dan …. ruangan toilet dan mempunyai …. unit komputer. Latar belakang ekonomi siswa rata-rata berada dikelas menengah, dimana sebagian besar orang tua siswa memilki pekerjaan yang tetap (PNS, Polri, TNI, wiraswasta, karyawan perusahaan).
Letak sekolah dipinggir jalan raya dangan jarak sekolah ke pusat kecamatan … km dan jarak kepusat kota … km. Lingkungan sekolah cukup sejuk karena banyak tanaman disekitarnya. Di sekolah tersebut juga disediakan kantin sekolah sehingga dapat mempermudah siswa dalam berbelanja.
3.3.      Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
                  a.       Metode Observasi
                             1)          Data Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Selama Pembelajaran Langsumg
Untuk memperoleh data tentang sejauh mana peranan model pembelajaran langsung  ini dalam meningkatkan aktivitas siswa digunakan lembar observasi. Lembar observasi ini akan diisi oleh dua orang observer yaitu mahasiswa yang sudah tahu dan mengerti tentang pembelajaran langsung, sedangkan untuk aktivitas guru pengamatnya sama dengan pengamat aktivitas siswa. Lembar observasi ini sangat penting untuk kegiatan refleksi sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi berupa keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir.
                             2)          Data Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran langsung  di kelas maka digunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran langsung  yang diisi oleh observer. Pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran langsung ini dilakukan oleh mahasiswa yang tahu dan mengerti tentang pembelajaran langsung.
                             3)          Data Keterampilan  Siswa
Untuk mengetahui sejauh mana keterampilan siswa pada pelaksanaan proses pembelajaran langsung di kelas maka digunakan lembar pengamatan siswa yang diisi oleh observer. Pengamatan terhadap keterampilan siswa dilakukan oleh seorang mahasiswa.
                  b.      Metode Tes
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dari penerapan model pembelajaran  langsung  dapat diperoleh dengan memberikan tes pada peserta didik. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan instrument penilaian berupa lembar evaluasi.
                  c.       Metode Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa hasil tes dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
3.4.      Teknik Analisis Data
Setelah memilih metode atau alat pengumpulan data, maka hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah memilih teknik pengolahan atau teknik analisis data. Dalam menganalisis data, peneliti bekerja sama dengan hubungan sejawat dalam hal ini guru kelas serta bersama tenaga ahli. Dari penelitian ini memperoleh data kualitatif yaitu:
1.         Data hasil observasi dianalisis dengan mendeskripsikan kegiatan siswa dan kemampuan pengelolaan pembelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2.        Data hasil tes evaluasi dianalisis dengan menggunakan rumus untuk mencari nilai rata-rata kelas siswa setelah dibuat kesimpulan.
Rumus:
     
Ket  :
X   : Jumlah rata-rata
∑x : Jumlah nilai keseluruhan
N   : Jumlah siswa
          (Arikunto Suharsimi, 1993:33)
Untuk menghitung ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus
P = 
Keterangan:
P = Prosentase ketuntasan
n  = Jumlah frekwensi yang tuntas belajar
N = Jumlah seluruh siswa
                                                         (Suharsimi, Arikunto dalam Amalia 2001: 34)






DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik : Jakarta. Reineka Cipta.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung : Yrama Widya.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung : Yrama Widya.

Chairullah, Wahid. 2004. Pengertian Model (Online), (http://www.damandiri.or.id/file/abdwahidchairulahunairbab2.pdf, diakses 05 Desember 2009).

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful B. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Banjarmasin: Rineka Cipta.

33
 
Jihad, Asep. Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Multi Persindo.

Kunandar. 2007. Guru Profesioanal Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jagakarsa: PT RajaGrafindo Persada.


38
 
 
Nurudinsiraj Blogspot. 2012. Teori Prestasi Belajar (Online),  (http://nurudinsiraj.blogspot.com/2011/07/beberapa-teori-prestasi-belajar-dan.html), diakses 06 November 2012).
Marlina Blog, 2012. Indikator Prestasi Belajar (Online), (http://marlina2.wordpress.com/2011/03/31/indikator-prestasi-belajar/), diakses 06 November 2012).
N.K. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Muchith, 2007. Pembelajaran Kontekstual. Kudus: RaSAIL Media Group.
Puputwidodofik’s Blog. 2009. Macam-macama Metode Pembelajaran (Online), (http://puputwidodofik.wordpress.com/2009/12/31/macam-macam-metode-pembelajaran/, diakses 03 Januari 2010).

Sanjaya W, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya W, 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 
Sekolahdasar.net. 2013. Hakekat Pembelajaran IPA Di Sekolah (Online),                                                  (http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah.html#ixzz2EdMRT0e1, diakses 18 Januari 2013).
Sdnegeripurwamekar.blogspot. 2013. Makalah Upaya Meningkatkan Pembelajaran (online), (http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html, diakses 18 Januari 2013).
Sriwahyuwidyaningsih.Blogspot. 2013. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam IPA (Online), (http://sriwahyuwidyaningsih.blogspot.com/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html#!/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html, diakses 18 Januari 2013).
Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Soedarsono, FX. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Dikti: Depdikbud. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Suryobroto, 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukidin, dkk. 2007. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Insan Cendekia.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Surabaya. Pustaka Pelajar.

Tritanto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka Publisher.

Tritanto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Surabaya : Prestasi Pustaka Publisher.

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar