PROPOSAL PTK
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK
BAHASAN PENGARUH GAYA TERHADAP GERAK BENDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
DI KELAS IV SDI AEDARI
OLEH:
RIKARDUS PAIRE BANI, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang Masalah
Dalam bidang pendidikan terdapat suatu
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan peserta didiknya.
Belajar pada dasarnya kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman
terhadap materi ajar (Sujanto, 2007: 67). Sedangkan menurut Suparno (dalam Heruman, 2007: 5)
belajar bermakna yaitu kegiatan informasi
itu pada pengetahuan berupa konsep-kosep yang telah dimilikinya. Dalam teori
belajar Ausubel, belajar dapat diklasisifikasikan dalam dua dimensi yaitu
pertama, berhubungan dengan cara informasi atau konsep pembelajaran yang
disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan; kedua, menyangkut cara
bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang
telah dimiliki dan diingat siswa tersebut (Heruman, 2007: 4-5). Akan tetapi,
siswa dapat juga hanya mencoba-coba menghafal informasi tersebut, tanpa
menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya.
Dalam pembelajaran siswa senantiasa
masih ditanamkan budaya menghafal pada materi pelajaran yang diterimanya di
sekolah. Hal ini menyebabkan kegiatan
pembelajaran di sekolah menjadi kurang efektif dan tidak sesuai dengan tujuan
yang diinginkan.
|
Adapun tujuan pendidikan pada mata
pelajajaran IPA yang dirumuskan dalam KTSP 2006 terutama bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebgai berikut:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5.
Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
6.
Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan
7.
Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA
seperti di atas, maka pembelajaran IPA harus berorientasi pada penekanan
penalaran otak anak yang harus dikembangkan melalui penggunaan penalaran yang
kreatif dalam memecahkan masalah sehari-hari dengan berbagai alternatif yang
memungkinkan agar penyelesaian masalah dapat teratasi dengan pikiran yang logis
dan kritis.
Dalam pembelajaran IPA siswa memerlukan alat bantu, media dan alat
peraga yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih
cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Terkait dengan masalah tersebut, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui
perbuatan dan pengertian, tidak sekedar hafalan atau mengingat fakta saja hal
ini akan mudah dilupakan siswa
Seperti yang peneliti amati selama kegiatan belajar mengajar IPA di kelas IV SDI Aedari, proses
pembelajaran masih berpusat pada guru. Dalam
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru hanya menjelaskan materi
pembelajaran dan menulis di papan tulis,
siswa disuruh untuk memperhatikan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. Sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi serta menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Akibatnya, rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.
Sebagai alternatif yang inovatif yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran dan sekaligus menghilangkan kesenjangan yang terjadi di sekolah dasar yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran langsung pada pembelajaran IPA Dengan menggunakan model
pembelajaran langsung dalam pembelajaran IPA, guru hanya sebagai fasilitator
dan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dengan demikin hasil belajar
siswa dan kesenjangan yang terjadi di
sekolah dasar dapat teratasi.
Berdasarkan paparan dan uraian di atas
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Melalui Model Pembelajaran Langsung di kelas IV SDI
Aedari”
II.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang
di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
2.1.
Bagaimanakah
hasil belajar siswa kelas IV SDI Aedari pada pokok bahasan pengaruh
gaya terhadap gerak benda melalui model pembelajaran langsung ?
2.2.
Adakah kendala penerapan model
pembelajaran langsung dalam pokok bahasan pengaruh gaya
terhadap gerak benda di kelas IV
SDI Aedari ?
III.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
3.1.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV Aedari pada pokok bahasan pengaruh
gaya terhadap gerak benda melalui model pembelajaran langsung.
3.2.
Untuk mengetahui kendala-kendala dengan
penerapan model pembelajaran langsung pada pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda di kelas IV SDI Aedari.
IV.
Manfaat
Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
4. 1.
Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini dapat memberikan
gambaran serta wawasan untuk berpikir, ide-ide dan gagasan baru sehingga
menciptakan suasana dan keadaan yang
terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari menjadi lebih bermakna.
4. 2.
Manfaat Praktis
4.2.1.
Bagi peneliti
Agar peneliti dapat menambah wawasan
berpikir yang luas dan dijadikan sebagai bekal untuk menambah pengetahuan,
serta memberikan gambaran tentang penerapan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pengaruh
gaya terhadap gerak benda di kelas IV SD.
4.2.2.
Bagi Guru
Berdasarkan dari hasil penelitian
tersebut, maka manfaat penelitian ini merupakan salah satu masukan bagi guru,
khususnya guru bidang studi IPA agar
bisa menggunakan strategi dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model
pembelajaran langsung, sehingga siswa bisa belajar lebih aktif dan memberikan
motifasi, dorongan belajar bagi siswa untuk menemukan sendiri yang sesuai
dengan kehidupan nyata sehari-hari.
4.2.3.
Bagi Siswa
Melaui penerapan model pembelajaran
langsung ini, bisa memberikan upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa serta
hasil belajar siswa, seperti membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan
maju sesuai kemampuannya masing-masing.
V.
Batasan
Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti
memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
5. 1.
Penerapan model pembelajaran langsung
ini hanya dilakukan untuk mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD sementer II dengan pokok bahasan “pengaruh
gaya terhadap gerak benda” yang disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tahun 2006 semester II.
5. 2.
Subjek penelitian hanya terbatas pada
siswa kelas IV
SD semester II.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
I.
Pengertian
Hasil Belajar
1.1.
Hasil
Belajar
Pengertian
hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dari kegiatan
belajar baik di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah. Hasil belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Untuk mengetahui apakah pelajaran yang
dilakukan berhasil atau tidak dapat ditinjau dari proses pengajaran itu sendiri
dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pengajaran dapat dikatakan berhasil
jika terjadi perubahan pada diri siswa yang terjadi akibat belajar. Hasil
belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.
Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman,
1999) dalam (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 14). Belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
|
1.2.
Indikator
Hasil Belajar
Banyak guru yang merasa sukar
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan padanya mengenai apakah pengajaran yang
telah dilakukannya berhasil, apa buktinya? Untuk menjawab pertanyaan itu,
terlebih dahulu harus ditetapkan apa yang menjadi kriteria keberhasilan
pengajaran, baru kemudian ditetapkan alat untuk menaikkan keberhasilan belajar
secara tepat. Mengingat pengajaran merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan, maka disini
dapat ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Menurut Sudjana (2004) dalam
(Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 20), kedua kriteria tersebut adalah:
1.
Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya
Kriteria dari sudut prosesnya menekan kepada
pengajar sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa
sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk
mengukur keberhasilan pengajar dari sudut prosenya dapat dikaji melalui
beberapa persoalan dibawah ini:
a.
Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan
terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik?
b.
Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru
sehingga ia melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan
tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta
sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu?
c.
Apakah guru memakai multi media?
d.
Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk
mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya?
e.
Apakah proses pengajaran dapat melibatkan sumua
siswa dalam kelas?
f.
Apakah suasana pengajaran atau proses belajar
mengajar cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar?
g.
Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi
laboratorium belajar?
2.
Kriteria ditinjau dari hasilnya
Disamping tinjauan dari segi proses,
keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini ada beberapa
persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran
ditinjau dari segi hasil atau produk yang di capai siswa:
a.
Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari
proses pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?
b.
Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari
proses pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa?
c.
Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan
lama diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku
dirinya?
d.
Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan
oleh siswa merupakan akibat dari proses pengajaran?
Berdasarkan dua kriteria yang
dikemukan oleh Sudjana (2004) yang tercantum dalam indikator hasil belajar di
atas, maka seorang guru perlu melakukan evaluasi yang berkaitan dengan hasil
belajar siswa. Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingakat
keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan
pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan
skala nilai berupa huruf, angka, atau simbol.
Dalam melakukan evaluasi
hasil belajar, maka seorang guru perlu menentukan beberapa bagian-bagian atau
sub pokok bahasan yang berkaitan dengan evaluasi belajar diantaranya, yaitu:
1. Fungsi
dan tujuan evaluasi hasil belajar
Dari pengetian evaluasi kita
dapat mengetahui bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan
nilai belajar siswa melalui kegiatan
penilaian atau pengukuran hasil belajar.
Hasil dari kegiatan evaluasi
hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan sebagai
berikut:
a.
Untuk diagnostik dan pengembangan.
b.
Untuk seleksi.
c.
Untuk kenaikkan kelas.
d.
Untuk penempatan.
2. Sasaran
evaluasi hasil belajar
Sebagai kegiatan yang
berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengapai tujuan yang
ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah
yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar
siswa secara umum dapat diklasifilasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif,
rana efektif, dan ranah psikomotorik, Davies (1986: 97); Jarolimek dan Foster
(1981: 148) dalam (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 2001).
Tujuan ranah kognitif
berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi,
serta pengembangan keterampilan intelektual,
Jarolimek dan Foster (1981: 148) dalam (Dimyati dan Mudjiono, 2006:
2002). Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom,
mengemukakan adanya enam kelas atau tingkat, yakni:
a.
Pengetahuan
b.
Pemahaman
c.
Penggunaan atau penerapan
d.
Analisi
e.
Sintesis
f.
Evaluasi
Tujuan ranah efektif
berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan
emosi, Davies (1986: 97); Jarolimek dan
Foster (1981: 148). Kratwohl, Bloom, dan Masia mengemukakan taksonomi tujuan
ranah efektif sebagai berikut:
a.
Menerima
b.
Merespons
c.
Menilai
d.
Mengorganisasi
e.
Karakterisasi
Tujuan ranah psikomotorik
berhubungan dengan keterampilan motorik,
manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi
badan (Davies, 1986: 97). Kibler, Barket, dan Miles (1970) mengemukakan
taksonomi ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut:
a.
Gerakan tubuh yang mencolok,
b.
Ketepatan gerak yang dikoordinasikan,
c.
Perangkat komunikasi nonverbal,
d.
Kemampuan berbicara,
3. Prosedur
evaluasi hasil belajar
Berdasarkan pengertian
evaluasi hasil belajar kita mendapatkan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses yang
sistematis. Agar proses evaluasi hasil belajar dapat diadministrasikan atau
dilaksanakan oleh seorang penilai, maka ada beberapa tahapan atau langkah
kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh seorang penilai.Tahapan prosedur evaluasi
hasil belajar yang perku dilalui seorang penilai meliputi:
a.
Persiapan
b.
Penyusunan instrumen evaluasi
c.
Pelaksanaa
pengukuran
d.
Pengolahan hasil penilaian
e.
Pelaporan dan penggunaan hasil evaluasi
Dalam
evaluasi hasil belajar seorang guru perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan
instrumen yang dikenal dengan istilah kisi-kisi. Kisi-kisi adalah sebuah tabel
yang menunjukan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal
yang disebut kolom. Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukan kaitan antara
variabl yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil, metode
yang digunakan dan instrumen yang disusun.
Ada dua macam kisi-kisi yang
disusun oleh seorang peneliti sebelum menyusun instrumen, yaitu:
1.
Kisi-kisi umum. Yang dimaksud dengan kisi-kisi-
umum adalah kisi-kisi yang dibuat untuk mengambarkan semua variabel yang akan
di ukur, dilengkapi dengan semua metode dan instrumen yang mungkin dapat dipakai.
2.
Kisi-kisi khusus. Yang dimaksud dengan
kisi-kisi khusus adalah kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan butir-butir
yang akan disusun untuk suatu instrumen.
Adapun manfaat dari kisi-kisi dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan
lengkap tentang jenis instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun.
2.
Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam
menyusun instrumen karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam
menuliskan butir-butir.
3.
Instrumen yang disusun akan lengkap dan sistematis
karena ketika menyusun kisi-kisi peneliti belum di tuntut untuk memikirkan
rumusan butir-butirnya.
4.
Kisi-kisi berfungsi sebagai “ peta perjalanan”
dari aspek yang akan dikumpulkan datanya, dari mana data diambil dan dengan apa
pula data tersebut diambil.
5.
Dengan adanya kisi-kisi yang mantap peneliti
dapat menyerahkan tugas menyusun atau membagi tugas dengan anggota tim ketika
menyusun instrumen.
6.
Validitas dan reabilitas instrumen dapat
diperoleh dan diketahui oleh pihak-pihak di luar tim peneliti sehingga
tanggungjawaban peneliti lebih terjamin.
II.
Pengertian
Model Pembelajaran
Model adalah
pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan
(Departemen P dan K, 1984:75) dalam (Chairullah, 2004). Sedangkan menurut
Simarmata (dalam Chairullah, 2004), definisi lain dari model adalah abstraksi
dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai
tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari
realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan
sebenarnya.
|
Dari beberapa
pengertian model di atas, dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu ikon atau
figur yang menjadi contoh untuk ditiru, baik secara individu maupun kelompok
yang bersifat nyata di dalam kehidupannya sehari-hari. Peranan dari seorang
guru di sini sangat besar, di mana guru adalah sebagai pelopor atau figur yang
menjadi model untuk dicontoh dan ditiru oleh banyak orang, baik di sekolah
maupun di lingkungan masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran
adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 2001)
dalam (Asep Jihad,dkk, 2008: 12).
Dalam
pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran dalam
KTSP adalah pembelajaran di mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan
dicapai oleh siswa, sestem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar
dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai.
Menurut Djahiri
(dalam Kunandar, 2007:265), menyebutkan
bahwa dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses
keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan
nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan di masa
yang akan datang (life skill).
Berdasarkan
pengertian yang dikemukkan oleh beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh guru pada
saat proses belajar mengajar berlangsug. Guru juga mempunyai peranan yang
sangat besar dalam mendesain suatu kegiatan pembelajaran, seperti
mengkondisikan lingkungan (kelas, siswa) agar terjadinya suatu proses belajar
mengajar yang lebih bermakna bagi diri siswa serta meningkatkan hasil belajar
siswa di dalam proses belajar mengajar, baik dalam kehidupanya saat ini maupun
di masa yang akan datang dan bersifat konret atau nyata di dalam kehidupannya
sehari-hari.
Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends,
1997: 7) dalam (Trianto, 2007:1). Model
pembelajaran dapat di artikan pula
sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru kelas.
Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
rancangan atau metode yang digunakan sebagai acuan atau panduan untuk mendesain
suatu pembelajaran di kelas agar dalam melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar di kelas lebih terarah dan terfokus pada siswa, serta meningkatkan hasil
belajar siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas yang berkaitan dengan
kehidupan nyata sehari-harinya.
III.
Model
Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah suatu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997) dalam (Trianto, 2007:29).
Menurut Kardi (dalam Trianto, 2007:30),
pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau
praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan
pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung
(Kardi dan Nur, 2000:3) dalam (Trianto, 2007:29) adalah sebagai berikut :
1.
Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh
model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
2.
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur
kegiatan pembelajaran.
3.
Sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat
berlangsung dengan berhasil.
Sintaks model pembelajaran langsung
dapat disajikan dalam 5 (lima) tahap. Adapun sintaks model pembelajaran
langsung menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007:31) dapat dilihat pada
tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1
Sintaks Model
Pembelajaran Langsung
Fase
|
Peran
Guru
|
Fase
1
Menyampaikan tujuan
dan mempersiapkan siswa
|
Guru menjelaskan TPK,
informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa
untuk belajar.
|
Fase
2
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
|
Guru
mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap
demi tahap.
|
Fase
3
Membimbing pelatihan
|
Guru merencanakan dan
membimbing pelatihan awal.
|
Fase
4
Mengecek pemahaman
dan memberikan umpan balik
|
Mencek apakah siswa
telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik.
|
Fase
5
Memberikan kesempatan
untuk pelatiahan lanjutan dan penerapan
|
Guru mempersiapkan
kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
|
Sumber : Kardi &
Nur (dalam Trianto, 2007:31)
IV.
Pelaksanaan
Pengajaran Langsung
Pelaksanaan yang
baik model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan yang
jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan
pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Beberapa di antara tindakan-tindakan
tersebut dapat dijumpai pada model-model pengajaran yang lain, langkah-langkah
atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus pengajaran langsung. Ciri utama
unik yang terlihat dalam melaksanakan suatu pengajaran langsung adalah sebagai
berikut :
4. 1.
Tugas-tugas
Perencanaan
4.1.1.
Merumuskan Tujuan
Menurut
Mager (dalam Trianto, 2007:34) tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa
dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi
evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan
(kriteria keberhasilan).
4.1.2.
Memilih Isi
Kebanyakan
guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak dapat diharapkan akan
menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih
dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih
materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu
(Kardi dan Nur, 2000:20) dalam (Trianto, 2007:34).
4.1.3.
Melakukan Analisis Tugas
Analisis
tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi
yang tinggi hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir
pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide
yang melatar belakang analisis tugas ialah, bahwa informasi dan ketrampilan
yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurun waktu tertentu.Untuk
mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan , ketrampilan
dan pengertian kompleks itu lebih dulu harus dibagi menjadi komponen bagian ,
sehingga dapat diajarkan berturutan dengan logis dan tahap demi tahap (Kardi
dan Nur, 2000:23) dalam (Trianto, 2007:35)
4.1.4.
Merencanakan Waktu dan Ruang
Pada
suatu pengajaran langsung merencanakandan mengelola waktu merupakan kegiatan yang
sangat penting. Ada dua hal yang perlu oleh guru : (1) memastikan bahwa waktu yang
disediakan sepadam dengan bakat dan kemamapuam siswa , dan (2) memotivasi siswa
agar mereka tetap melakukan
tugas-tugasnya dengan perhatian yang aptimal . mengenal dengan
baik siswa-siswa yang akan diajar , sangat bermanfaat untuk menentukan alokasi
waktu pembelajaran . Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran langsung
juga sama pentingnya (Kardi dan Nur, 2000:23) dalam (Trianto, 2007:35)
4. 2.
Langkah-langkah pembelajaran Model pengajaran
Langsung
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto,
2007:35) langkah–langkah pengajaran langsung meliputi tahapan sebagai berikut :
4.2.1.
Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan siswa
Tujuan langkah
awal ini untuk menarik danmemusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka
untuk berperan serta dalam pembelajaran itu.
4.2.2.
Menyampaikan tujuan
Siswa perlu
mengetahui dengan jelas, mengapa mereka mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada
siswa dapat dilakukan guru menuliskan dipapan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan bulletin , yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta
alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.
4.2.3.
Menyiapkan siswa
Kegiatan ini
bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok
pembicaraan yang akan dipelajari.
4.2.4.
Presentasi dan Demonstrasi
Fase kedua
pengajaran langsung adalah melakukan presentasi atau demonstrasi pengetahuan
dan keterampilan. Kunci untuk berhasil ialah memperesentasikan informasi
sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif.
4.2.5.
Mencapai Kejelasan
Hasil penelitian
secara konsisten menunjukan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi
yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap
proses beljar siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat terhadap guru
pemula dan belum berpengalaman menemukan banyak penjelasan yang kabur dan
membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidak menguasai
sepenuhnya isi pokok bahasan yang dikerjakannya, dan tidak menguasai teknik
komunikasi yang jelas.
4.2.6.
Melakukan Demonstrasi
Pengajaran
langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa sebagian besar yang dipelajari
(hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru
tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar
melalui “trial and error.”
4.2.7.
Mencapai Pemahaman dan Penguasaan
Untuk menjamin
agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar bukan sebaliknya, guru perlu
benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini
berarti, bahwa jika guru menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan
sesuatu yang benar , guru perlu berupaya agar segalasesuatu yang
didemonstrasikan juga benar. Banyak contoh yang menunjukan , bahwa anak/siswa
bertingkah laku yang tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang lain yang
tidak benar.
4.2.8.
Berlatih
Agar dapat mendemonstrasikan
sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif , dan memperhatikan
aspek- aspek penting dari ketrampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
4.2.9.
Memberikan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap
penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru memepersiapkan dan
melaksanakan “pelatihan terbimbing.”
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan
retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa
menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
Menurut Kardi
dan Nur (dalam Trianto, 2007:38) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam menerapkan dan melakukan
pelatihan :
1)
Menugasi siswa melakukan latihan singkat
dan bermakna;
2)
Memberikan pelatihan pada siswa sampai
benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari;
3)
Hati-hati terhadap latihan yang
berkelanjutan, pelatihan yang di lakukan terus menerus dalam waktu yang lama
dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa;
4)
Memperhatikan tahap-tahap awal
pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar
atau bahkan salah tanpa disadari.
4.2.10.
Mengecek Pemahaman dan Memberi Umpan
Balik
Menurut Kardi
dan Nur (dalam Trianto, 2007:8), untuk memberikan umpan balik yang efektif
kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat digunakan beberapa pedoman yang patut
dipertimbangkan, sebagai berikut :
1)
Memberikan umpan balik segera mungkin
setelah latihan, hal ini tidak berarti umpan balik perlu diberikan kepada siswa
dengan seketika, namun umpan balik seharusnya diberikan cukup segera latihan
sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri.
2)
Mengupayakan agar umpan balik jelas dan
spesifik mungkin agar paling dapat membantu siswa. Misal “Tiga kata tertulis
salah pada makalah Anda: Efektif, posatif, dan vartikal”, bukan, “Terlalu
banyak kata yang salah ketik.”
3)
Umpan balik ditujukan langsung pada
tingkah laku dan bukan pada maksud yang
tersirat dalam tingkah laku tersebut. Misal, “saya tidak dapat membaca tulisan
Anda, karena jarak antara barisan yang dengan barisan yang lain terlalu rapat”
dan bukan “Tulisan tidak rapi dan kurang jelas.”
4)
Menjaga umpan balik sesuai dengan tigkat
perkembangan siswa. Umpan balik harus diberikan secara hati-hati agar berguna.
Kadang-kadang, siswa diberi umpan balik terlalu banyak atau umpan balik yang terlalu rumit bagi siswa untuk
menanganinya.
5)
Memberikan pujian dan umpan balik pada
kinerja yang benar. Tentunya setiap siswa lebih menyukai umpan balik yang
positif daripada yang negatif. Pada umumnya pujian akan diterima sedangkan
umpan balik negatif mungkin ditolak.
6)
Apabila memberi umpan balik negatif,
tunjukan bagaimana melakukannya dengan benar. Apabila mengetahui bahwa sesuatu
telah dilakukan salah, umpan bailk negatif harus selalu disertai dengan
demonstrasi yang benar oleh guru.
7)
Memberikan kesempatan perhatiannya pada
proses dan bukan pada hasil. Merupakan tanggung jawab guru agar siswa
memusatkan perhatiannya pada proses atau teknik tertentu. Sisw aperlu
disadarkan, bahwa teknik yang salah dapat saja memberikan hasil tetapi hasil tersebut
akan menjadi penghambat untuk perkembangannya lebih lanjut.
8)
Mengajari siswa cara memberi umpan balik
kepada dirinya sendirinya, dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya
sendiri. Belajar bagaimana menilai keberhasilan sendiri dan memberikan umpan
balik kepada dirinya sendiri merupakan hal penting yang perlu dipelajari oleh
siswa.
4.2.11.
Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Menurut Kardi
dan Nur (dalam Trianto, 2007:40) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam memberikan tugas mandiri yaitu :
1)
Tugas rumah yang diberikan bukan
merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan
pelatihan untuk pembelajaran berikutnya.
2)
Guru seyogyanya menginformasikan kepada
orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di
rumah.
3)
Guru perlu memberikan umpan balik
tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.
V.
Hakekat Pendidikan IPA Di Sekolah Dasar
1.
Pengertian
IPA
IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam) sering disebut Sains, dalam Bahasa Inggris “Science”
(dalam http://sriwahyuwidyaningsih.blogspot.com/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html#!/2012/02/definisi-ilmu-
-alam-ipa.html, pengetahuan 01-18-2013)
IPA atau
Science adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
metode-metode yang berdasarkan observasi. Menurut Purnell’s (dalam http://sriwahyuwidyaningsih.blogspot.com/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html#!/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html,
01-18-2013) bahwa IPA adalah pengetahuan manusia yang luas yang
didapatkan dengan cara observasi dan eksprimen yang sistimatik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teori-teori dan hipotesahipotesa. Mata pelajaran IPA adalah program untuk
menanamkan dan mengembangkan pengetahuan,keterampilan, sikap dan nilai ilmiah
pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Sang pencipta (Depdikbud 1993/1994: 97), (dalam http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html,
01-18-2013).
Dari
beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau Science adalah
ilmu yang mempelajari tentang alam semesta melalui kegiatan obeservasi dan
eksperimen dan menanamkan pengetahuan
berupa keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta mengajari siswa
untuk mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Tujuan Pendidikan
IPA Di Sekolah Dasar
Tujuan
pemberian mata pelajaran IPA munurut Sumaji (1998:35), (dalam http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html,
01-18-2013) adalah
agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitan
dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk
memcahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai
kebesaran serta kekuasaan Penciptanya.
Adapun
tujuan pendidikan pada mata pelajajaran IPA yang dirumuskan dalam KTSP 2006
terutama bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebgai berikut:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5.
Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
6.
Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan
7.
Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs.
Maksud dan tujuan tersebut adalah agar peserta didik
memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan berbagai jenis dan peran
lingkungan alam dari lingkungan
buatan dengan melalui pengamatan agar peserta didik tidak buta dengan pengetahuan dasar mengenai
IPA.
3.
Fungsi
Pendidikan IPA Di
Sekolah
Menurut
Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994:97-98) (dalam http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html,
01-18-2013) Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk:
a.
Memberikan
pengetahuan tentang berbagai jenis dan peran di lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari.
b.
Mengembangkan
keterampilan proses.
c.
Mengembangkan
wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d.
Mengembangkan
kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di
sekitarnya dan pemanfaatannya bagi
kehidupan sehari-hari.
e.
Mengembangkan
kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
melanjutkan pendidikannya ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi
4.
Ruang
Lingkup Pelajaran IPA Di Sekolah Dasar
Ruang
lingkup mata pelajaran IPA (dalam http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html,
01-18-2013)
meliputi dua aspek:(1) Kerja Ilmiah yang mencakup: penyelidikan atau penelitian,berkomunikasi
ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahanmasalah, sikap dan nilai
ilmiah.(2) pemahaman konsep dan penerapannya yang mencakup:
a.
Makhluk
hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan,tumbuhan dan interaksinya.
b.
Benda/materi,
sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat,gas.
c.
Energi
dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana.
d.
Bumi
dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tatasurya danbenda-benda langit
lainnya.
e.
IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakanpenerapan konsep IPA dan saling
keterkaitannya denganlingkungan, teknologi, dan masyarakat melalui pembuatan
suatukarya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
.
BAB
III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu bagian yang sangat
penting dalam melakukan sebuah penelitian, karena keberhasilan suatu penelitian
tergantung pada metode yang digunakan dan yang sesuai dengan penelitian
tersebut. Penelitian tindakan kelas adalah merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Dalam metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat beberapa langkah atau prosedur yang
dilakukan oleh peneliti untuk menemukan dan mengkaji kebenaran suatu teori
adalah sebagai berikut:
3.1.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan kerangka data di dalam suatu penelitian. Kejelasan
rancangan dapat mempengaruhi validitas data dan tingkat kepercayaan hasil
penelitian. Menurut Samani, 1997 (dalam Wahyudi, 2005: 49) bahwa rancangan
penelitian merupakan blue print
bagaimana penelitian itu harus dilakukan. Dalam rencana penelitian itu harus
dilakukan atau dikumpulkan, strategi yang ditempuh untuk melakukam kontrol
terhadap variabel luar yang tidak diteliti bagaimana upaya untuk meningkatkan
validitas eksternal maupun internalnya.
|
Penelitian Tindakan Kelas adalah
sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi
diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan
berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap
pengaruh dari perlakuan tersebut.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian ini mengikuti siklus sebagai
berikut:
|
|
|
|||||||||
|
|||||||||
Bagan
3. 1 Diadaptasi dari Kemmis dan Taggart oleh Sudarsono (1996: 16).
Keterangan
Bagan:
Siklus aktivitas dalam penelitian
tindakan diawali dengan perencanaan:
1. Perencanaan
(planning)
2. Penerapan
3. Tindakan
(action)
4. Mengobservasi
dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation
dan evaluation)
5. Melakukan
refleksi (reflection)
6. Dan
seterusnya sampai perubahan atau peningkatan yang diharapkan sudah tercapai
(kriteria keberhasilan)
Untuk melakukan
tindakan agar menghasilkan dampak sebagaimana diharapkan, PTK memerlukan kajian
mengenai kelayakan hipotesis terlebih dahulu. Menurut Sudarsono (dalam Sukidin,
dkk, 2007: 75), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelayakan
hipotesis adalah:
1.
Implementasi suatu PTK akan berhasil
hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan
aktornya.
2.
Kemampuan siswa juga perlu
diperhitungkan baik dari segi fisik, psikologis, dan sosial budaya maupun etik.
3.
Fasilitas dan sarana pendukung yang
tersedia di kelas atau sekolah juga perlu diperhitungkan sebab pelaksanaan PTK
dengan mudah dapat tersabotase oleh kekurangan dukungan fasilitas
penyelenggaraan.
4.
Selain kemampuan siswa sebagai
perorangan, keberhasilan PTK juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas
atau sekolah.
5.
Karena sekolah juga merupakan sebuah
organisasi, maka selain iklim belajar sebagaimana dikemukakan pada butir 4,
iklim kerja juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain,
dukungan dari kepala sekolah dan rekan sejawat guru dapat memperbesar peluang
keberhasilan PTK.
Adapun persiapan
penelitian ini terdiri dari empat tahapan antara lain: (a) perencanaan (b)
pelaksanaan tindakan (c) observasi (d) refleksi.
Siklus I (Pertama)
1)
Perencanaan (planning), meliputi: menyiapkan lembar
observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran, merancang
rencana pelaksanaan pembelajaran yang menitikberatkan ketercapaian indikator/
tujuan pembelajaran yang telah dirancang, melihat tingkat kognitif siswa pada
awal pembelajaran, dan menyusun perangkat tes ulangan harian I
2)
Tindakan,
meliputi: melaksanakan tes awal, melaksanakan PBM sesuai dengan RPP yang telah
disusun, mengarahkan/membimbing siswa untuk beraktivitas, melaksanakan ulangan
harian pertama untu mengetahui hasil yang diperoleh dari RPP pertama, dan
memeriksa hasil ulangan pertama
3)
Pengamatan,
meliputi: mengobservasi atau mencatat kegiatan (tindakan-tindakan) yang
dilakukan guru selama pembelajaran matematika, mencatat perubahan-perubahan
yang terjadi pada siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung
4)
Refleksi,
meliputi: merangkum hasil observasi, menganalisa hasil ulangan harian, mencatat
keberhasilan atau kegagalan untuk diperbaiki pada pertemuan selanjutnya.
Siklus II (Kedua)
Sama dengan kegiatan pada siklus pertama dengan
menambahkan beberapa point untuk dijadikan bahan perbaikan pada siklus kedua,
yang meliputi:
1)
Merevisi
tindakan-tindakan yang kurang atau tidak relevan pada siklus I
2)
Menyusun
perangkat tes ulangan harian II
3)
Memeriksa
hasil ulangan harian II
4)
Mendiskusikan
langkah-langkah yang akan ditempuh bersama guru kelas, observer.
3.2. Subjek
Penelitian dan Lokasi Penelitian
3.2.1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV SDI Aedari. Dengan jumlah siswa … orang, rinciannya …. orang siswa
laki-laki dan … orang siswa perempuan. Pemilihan siswa kelas IV dikarenakan
peneliti memilih materi ajar pada semester II tentang “Pengaruh Gaya Terhadap
Gerak Benda” dengan menggunakan penerapan model pembelajaran langsung untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi pengaruh gaya terhadap gerak
benda pada mata pelajaran IPA.
Adapun karakteristik dari subjek penelitian yang paling
menonjol adalah kurangnya keaktifan dan kreatifitas siswa dalam menyelesaikan
soal-soal yang diberikan oleh guru, serta kurangnya minat dan perhatian siswa
pada saat proses pembelajaran sejarah berlangsung. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar
siswa. Seperti pada tahap prapenelitian diketahui bahwa rata-rata kelas pada
mata pelajaran IPA hanya …dan
belum mencapai skor ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah yaitu... Dengan demikian, berdasarkan hal tersebut maka peneliti
memfokuskan penelitian ini pada peningkatan hasil belajar siswa dengan
menerapkan model pembelajaran langsung.
3.2.2. Lokasi / Setting Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SDI Aedari pada
Kelas IV semester II.
Adapun karakteristik
sekolah yaitu nama sekolah SDI Aedari, sekolah ini berdiri
pada tahun …. yang terletak di jalan …... Bangunan sekolah milik sendiri dengan jumlah siswa ….
orang dan jumlah guru sebanyak … orang. Sekolah
ini memiliki …ruangan kelas, …. ruagan kepala sekolah, …. ruangan guru, …
ruangan komputer dan …. ruangan toilet dan mempunyai …. unit komputer. Latar
belakang ekonomi siswa rata-rata berada dikelas menengah, dimana sebagian besar
orang tua siswa memilki pekerjaan yang tetap (PNS, Polri, TNI, wiraswasta,
karyawan perusahaan).
Letak sekolah dipinggir
jalan raya dangan jarak sekolah ke pusat kecamatan … km dan jarak kepusat kota
… km. Lingkungan sekolah cukup sejuk karena banyak tanaman disekitarnya. Di sekolah tersebut
juga disediakan kantin sekolah sehingga dapat mempermudah siswa dalam
berbelanja.
3.3.
Teknik
Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
a.
Metode
Observasi
1)
Data Observasi
Aktivitas Guru dan Siswa Selama Pembelajaran Langsumg
Untuk memperoleh data tentang sejauh
mana peranan model pembelajaran langsung ini dalam meningkatkan aktivitas siswa
digunakan lembar observasi. Lembar observasi ini akan diisi oleh dua orang
observer yaitu mahasiswa yang sudah tahu dan mengerti tentang pembelajaran langsung,
sedangkan untuk aktivitas guru pengamatnya sama dengan pengamat aktivitas
siswa. Lembar observasi ini sangat penting untuk kegiatan refleksi sebagai
upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi berupa keberhasilan atau kegagalan
dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam
rangka mencapai tujuan akhir.
2)
Data Kemampuan Guru
Dalam Mengelola Pembelajaran
Untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran langsung di kelas maka digunakan lembar pengamatan
pengelolaan pembelajaran langsung yang
diisi oleh observer. Pengamatan
terhadap pengelolaan pembelajaran langsung ini dilakukan oleh mahasiswa yang
tahu dan mengerti tentang pembelajaran langsung.
3)
Data Keterampilan Siswa
Untuk mengetahui sejauh mana
keterampilan siswa pada pelaksanaan proses pembelajaran langsung di kelas maka
digunakan lembar pengamatan siswa yang diisi oleh observer. Pengamatan terhadap
keterampilan siswa dilakukan oleh seorang mahasiswa.
b.
Metode
Tes
Untuk mendapatkan data tentang hasil
belajar siswa dari penerapan model pembelajaran
langsung dapat diperoleh dengan
memberikan tes pada peserta didik. Dalam melakukan penelitian ini peneliti
menggunakan instrument penilaian berupa lembar evaluasi.
c.
Metode
Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa
hasil tes dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
3.4.
Teknik
Analisis Data
Setelah memilih
metode atau alat pengumpulan data, maka hal berikutnya yang perlu dilakukan
adalah memilih teknik pengolahan atau teknik analisis data.
Dalam menganalisis data, peneliti bekerja sama dengan hubungan sejawat dalam
hal ini guru kelas serta bersama tenaga ahli. Dari penelitian ini memperoleh data kualitatif yaitu:
1.
Data hasil observasi dianalisis dengan
mendeskripsikan kegiatan siswa dan kemampuan pengelolaan pembelajaran selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
2.
Data
hasil tes evaluasi dianalisis dengan menggunakan rumus untuk mencari nilai
rata-rata kelas siswa setelah dibuat kesimpulan.
Rumus:
Ket :
X : Jumlah rata-rata
∑x : Jumlah
nilai keseluruhan
N : Jumlah siswa
(Arikunto Suharsimi, 1993:33)
Untuk
menghitung ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus
P
=
Keterangan:
P = Prosentase ketuntasan
n = Jumlah
frekwensi yang tuntas belajar
N
= Jumlah seluruh siswa
(Suharsimi, Arikunto dalam Amalia 2001: 34)
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik : Jakarta. Reineka Cipta.
Aqib, Zainal.
2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk
Guru. Bandung : Yrama Widya.
Aqib, Zainal,
dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung : Yrama Widya.
Chairullah,
Wahid. 2004. Pengertian Model (Online), (http://www.damandiri.or.id/file/abdwahidchairulahunairbab2.pdf,
diakses 05 Desember 2009).
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta :
Rineka Cipta.
Djamarah,
Syaiful B. 2005. Guru dan Anak Didik
Dalam Interaksi Edukatif. Banjarmasin: Rineka Cipta.
|
Krishannanto, Deddy. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif
(Online) , (http://techonly13.wordpress.com/2009/08/26/model-model-pembelajaran-inovatif/,
diakses 06 November 2009 )
Kunandar. 2007. Guru Profesioanal Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru.
Jagakarsa: PT RajaGrafindo Persada.
|
Nurudinsiraj Blogspot. 2012. Teori Prestasi Belajar (Online), (http://nurudinsiraj.blogspot.com/2011/07/beberapa-teori-prestasi-belajar-dan.html),
diakses 06 November 2012).
Marlina
Blog, 2012. Indikator Prestasi Belajar
(Online), (http://marlina2.wordpress.com/2011/03/31/indikator-prestasi-belajar/), diakses 06 November 2012).
N.K. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Muchith, 2007. Pembelajaran
Kontekstual. Kudus: RaSAIL Media Group.
Puputwidodofik’s
Blog. 2009. Macam-macama Metode
Pembelajaran (Online), (http://puputwidodofik.wordpress.com/2009/12/31/macam-macam-metode-pembelajaran/,
diakses 03 Januari 2010).
Sanjaya
W, 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sanjaya
W, 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sekolahdasar.net.
2013. Hakekat Pembelajaran IPA Di Sekolah
(Online),
(http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah.html#ixzz2EdMRT0e1,
diakses 18 Januari 2013).
Sdnegeripurwamekar.blogspot.
2013. Makalah Upaya Meningkatkan
Pembelajaran (online), (http://sdnegeripurwamekar.blogspot.com/2012/02/makalah-upaya-meningkatkan-pembelajaran.html,
diakses 18 Januari 2013).
Sriwahyuwidyaningsih.Blogspot. 2013. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam IPA (Online),
(http://sriwahyuwidyaningsih.blogspot.com/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html#!/2012/02/definisi-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html, diakses 18 Januari 2013).
Slavin, Robert.
2008. Cooperative Learning Teori, Riset,
dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Soedarsono,
FX. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas. Yogyakarta. Dikti: Depdikbud. Proyek Pendidikan Tenaga
Akademik.
Suryobroto, 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukidin, dkk.
2007. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Medan: Insan Cendekia.
Suprijono, Agus.
2009. Cooperative Learning Teori &
Aplikasi PAIKEM. Surabaya. Pustaka Pelajar.
Tritanto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka Publisher.
Tritanto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan
Praktek. Surabaya : Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) di
Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar